BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan,
Teknologi, dan Kemiskinan tiga hal yang menjadi batasan strata manusia. Tanpa
adanya ilmu pengetahuan tidak aka nada teknologi yang maju. Tanpa ada ilmu
pengetahuan juga seseorang tidak dapat berkembang. Ketidakberkembangan tersebut
mampu membuat seseorang tidak memiliki kreativitas yang mumpuni untuk bersaing
dalam dunia kerja.
Untuk itu diperlukan
ilmu pengetahuan yang cukup agar terhidar dari kemiskinan. Kemiskinan bisa
dikurangi asalkan individu itu sendiri memiliki niat dan usaha yang kuat untuk
merubah nasibnya.
B.
Tujuan
Pemenuhan
nilai tugas mata kuliah sosial dasar
Pembahasan
lebih detail mengenai Ilmu
pengetahuan, Teknologi, dan Kemiskinan
BAB II
PEMBAHASAN
· Ilmu Pengetahuan, Teknologi,
dan Kemiskinan
Ilmu Pengetahuan lazim digunakan dalam
pengertian sehari-hari, terdiri dari dua kata, “ilmu” dan “pengetahuan”, yang
masing-masing mempunyai identitas sendiri-sendiri. Dalam membicarakan
“pengetahuan” saja akan menghadapi berbagai masalah. Kesemuanya telah lama
dipersoalkan oleh parah ahli filsafat seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles.
Keperluan sekarang adalah pengetahuan yang
harus ditingkatkan karena pengetahuan, perbuatan, ilmu, dan etika makin saling
bertautan. Berulan kali harus diambil keputusan-keputusan dalam menerapkan
secara praktis pengetahuan ilmiah. Semuanya itu memperlihatkan suatu perpaduan
dari pertimbangan moral ilmiah.
Teknologi dalam penerapannya sebagai jalur
utama yang dapat menyongsong masa depan carah, kepercayaan sudah mendalam. Sikap
demikian adalah wajar, asalkan tetap dalam konteks penglihatan yang rasional.
Sebab teknologi mempunyai dampak nasional yang lebih penting artinya daripada
kehebatan teknologi itu sendiri.
Kemiskinan merupakan tema sentral dari
perjuangan bangsa, sebagai perjuangan yang akan memperoleh kemerdekaan bangsa
dan motivasi fundamental dari cita-cita menciptakan masyarakat adil dan makmur.
Hal itu sudah sejak lama oleh sarjana ekonomi di banyak negara digeluti dan
dipecahkan, dan setiap kali berkembang menjadi masalah baru.
Ilmu pengetahuan, teknologi,dan kemiskinan
merupakan bagian-bagian yang tidak dapat dibebaskan dan dipisahkan dari suatu
sistem yang berinteraksi, interelasi, dan ramifikasi. Dengan demikian wajarlah
apabila menghadapi masalah yang kompleks ini memerlukan studi mendalam dalam
analisis interdisipliner kalau tidak mau mencampuradukkan unsur-unsur sintesis
dengan sintesisnya sendiri.
1. Ilmu Pengetahuan
Di kalangan ilmuan ada keseragaman pendapat,
bahwa ilmu itu selalu terususun dari pengetahuan secara teratur, yang diperoleh
dengan pangkal tumpuan (objek) tertentu dengan sistematis, metodis,
rasional/logis, empiris, umum, dan akumulatif. Pengerttian pengetahuan sebagai
istilah filsafat tidaklah sederhana karena bermacam-macam pandangan dan teori
(epistemologi).
Banyaknya teori dan pendapat tentang
pengetahuan dan kebenaran mengakibatkan suatu definisi ilmu pengetahuan akan
mengalami kesulitan. Sebab, membuat suatu definisi dari definisi ilmu
pengetahuan yang dikalangan ilmuwan sendiri sudah ada keseragaman pendapat,
hanya akan terperangkap dalam tautologis.
Pembentukan ilmu akan berhadapan dengan objek
yang merupakan bahan dalam penelitian, meliputi objek material sebagai bahan
yang menjadi tujuan penelitian bulat dan utuh, serta objek formal, yaitu sudut
pandangan yang mengarah kepada persoalan yang menjadi pusat perhatian.
Langkah-langkah dalam memperoleh ilmu meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan.
Dimulai dengan pengamatan, yaitu suatu kegiatan yang diarahkan kepada fakta
yang mendukung apa yang dipikirkan untuk sistemasi, kemudian
menggolong-golongkan dan membuktikan dengan cara berpikir analitis, sintesis,
induktif, dan deduktif.
Untuk mencapai suatu pengetahuan ilmiah dan
objektif diperlukan sikap yang bersifat ilmiah. Bukan membahas tujuan ilmu,
melainkan mendukung dalam mencapai tujuan ilmu itu sendiri, sehingga benar
benar objektif, terlepas dari prasangka pribadi yang bersikap subjektif. Sikap
yang ilmiah itu meliputi empat hal :
a.
Tidak ada persaan yang bersifat
pamrih
b.
Selektif
c.
Kepercayaan yang layak
d.
Merasa pasti bahwa berpendapat,
teori, maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian, namun masih terbuka
untuk dibuktikan kembali
Permalahan ilmu pengetahuan meliputi arti
sumber, kebenaran pengetahuan, serta sikap ilmuwan itu sendiri sebagai dasar
untuk langkah selanjutnya. Ilmu pengetahuan itu sendiri mencakup ilmu
pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan, dan sebagai apa
yang disebut generic meliputi segala usaha penelitian dasar dan terapan serta
pengembangannya. Penelitian dasar bertujuan utama menambah pengetahuan ilmiah,
sedangkan penelitian terapan adalah untuk menerapkan secara praktis pengetahuan
ilmiah. Pengembangan diartikan sebagai penggunaan sistematis dari pengetahuan
yang diperoleh penelitian untuk keperluan produksi.
Dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan tersebut, perlu diperhatikan hambatan sosialnya. Bagaimana
konteksnya dengan teknologi, dan kemungkinan untuk mewujudkan suatu perpaduan
dan pertimbangan moral dan ilmiah. Sebab manusia tidak terlalu sadar akan hal
ini, dan manusia yang paling sederhana pun hanya menerima informasi yang
dihasilkan oleh penelitian sebelumnya.
Ilmu pengetahuan sekarang menghadapi kenyataan
kemiskinan, yang ada hakikatnya tidak dapat melepaskan dairi dari kaitannya
dengan ilmu ekonomi karena kemiskinan merupakan persoalan ekonomi yang paling
elementer, di mana kekurangan dapat menjurus kepada kematian. Tetapi di lain
pihak ekonomi sekarang berada pada puncak kegemilangan intelektual, banyak
menggunakan penilaian matematis dan usaha pembuatan model matematis yang
merupakan usaha yang amat makmur.
2. Teknologi
Dalam konsep yang pragmatis dengan kemungkinan
berlaku secara akademis dapatlah dikatakan, bahwa ilmu pengetahuan (knowledge)
dan teknologi sebagai suatu seni (state of art) yang mengandung
pengertianhubungan dengan proses produksi menyangkut bagaimana berbagai sumber,
tanah, modal, tenaga kerja dan keterampilan dam dikombinasikan untuk
merealisasi tujuan produksi.
Teknologi memperlihatkan fenomenanya dalam
masyarakat sebagai hal impersonal dan memiliki ekonomi mengubah setiap bidang
kehidupan manusia menjadi lingkup teknis. Jacques Ellul dalam tulisannya
berjudul “The Techological Society” tidak mengatakan teknologi tetapi teknik,
meskipun arti atau maksudnya sama.
Fenomena teknik pada masyarakat kini, menurut
Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.
Rasionalitas
b.
Artifisialitas
c.
Otomatisme
d.
Teknis berkembang pada suatu
kebudayaan
e.
Monisme
f.
Universalisme
g.
Otonomi
Teknologi yang berkembang dengan pesat,
meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Masa sekarang nampaknya sulit
memisahkan kehidupan manusia dengan teknologi, bahkan sudah merupakan kebutuhan
manusia. Awal perkembangan teknik yang sebelumnya merupakan bagian dari ilmu
atau bergantung dari ilmu, sekarang ilmu dapat pula bergantung dari teknik.
Luasnya bidang teknik, digambarkan oelh Ellul sebagai berikut :
1.
Teknik meliputi bidang Ekonomi,
artinya teknik mampu menghasilkan barang-barang industri
2.
Teknik meliputi bidang organisasi
seperti administrasi, pemerintahan, manajemen, hukum dan militer.
3.
Teknik meliputi bidang manusiawi,
seperti pendidikan, kerja, olahraga, hiburan dan obat-obatan.
Teknik-teknik manusiawi yang dirasakan pada
masyarakat teknologi, terlihat dari kondisi kehidupan manusia itu sendiri.
Manusia pada saat ini telah begitu jauh dipengaruhi oleh teknik. Gambaran
kondisi tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Situasi tertekan. Manusia
mengalami ketegangan akibat penyerapan teknik-teknik mekanisme teknik. Manusia
melebur dengan mekanisme teknik, sehingga waktu manusia dan pekerjaannya
mengalamai pergeseran. Peleburan manusia dengan mekanisme teknik menuntut
kualitas dari manusia, tetapi manusia sendiri tidak hadir di dalamnya atau
pekerjaannya.
2.
Perubahan ruang dan lingkungan
manusia. Teknik telah mengubah lingkungan manusia dan hakikat manusia. Contoh
yang sederhana manusia dalam hal makan atau tidur tidak ditentukan oleh lapar
atau ngantuk tetapi diatur oleh jam
3.
Perubahan waktu dan gerak manusia.
Akibat teknik, manusia terlepas dari hakikat kehidupan. Sebelumnya waktu diatur
dan dikuru sesuai dengan kebutuhan dan peristiwa-peristiwa dalam hidup manusia,
sifatnya alamiah dan kongkrit
4.
Terbentuknya suatu masyarakat
massa. Akibat teknik, manusia hanya membentuk masyarakat massa, artinya ada
kesenjangan sebagai masyarakat kolektif. Hal ini dibuktikan bila ada perubahan
norma dalam masyarakat akan muncul kegoncangan. Masyarakat kita masih memegan
nilai-nlai asli seperti agama atau adat istiadat secara ideologis, akan tetapi
struktur masyarakat ataupun dunia norma pokoknya tetap saja hukum ekonomi.
5.
Teknik teknik manusiawi dalam arti
ketat
Artinya, teknik-teknik
manusiawi harus memberikan kepada manusia suatu kehidupan manusia yang sehat
dan seimbang, bebas dari tekanan-tekanan. Teknik harus menyelaraskan diri
dengan kepentingan manusia bukan sebaliknya.
Akibat kondisi yang dipaparkan tadi, dampak
teknik itu sendiri bagi manusia sudah dirasakan dan fenomenanya nampak. Seperti
: anggapan parah ahli teknik bahwa manusia hanyalah mitos abstrak, manusia
mesin (manusia mengadaptasikan diri kepada mesin), penerapan teknik memecah
belah manusia timbul kemenangan pada alam tak sadar, simbol-simbol tradisional
diganti dengan teknik, terbentuknya manusia-massa dan nampak teknik sudah
mendominasi kehidupan manusia secara menyeluruh.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan
bagian-bagian yang dapat dibeda=bedakan, tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan
dari suatu sistem yang berinteraksi dengan sistem-sistem lain dalam kerangka
nasional seperti kemiskinan. Maka ada interrelasi, interaksi, dan
interdependensi antara kemiskinan dan sistem atau subsistem “ilmu pengetahuan
dan teknologi”.
Dengan meningkatnya teknologi, tempat proses
perubahan itu tidak dapat dipandang “normal” lagi, dan tercapailah akselerasi
ekstern maupun intern yang merupakan kekuatan sosial yang kurang mendalam
dipahami.
Ketentuan-ketentuan di atas menjelaskan bahwa
teknologi dalam situasi tertentu dapat tidak netral lagi karena mengandumg
potensi merusak dan potensi kekuasaan. Teknologi bersifat ambivalen; disamping
segi yang positif, juga memperlihatkan yang negatif, terkadang dianggap suci
demi tujuan akhir, bukan sebagai alat lagi. Oleh karena itu teknologi
membutuhkan bimbingan moral atau ajaran-ajaran agama, memnentukan apa yang
harus dan apa yang jangan dilakukan. Kebudayaan teknik dijadikan suatu strategi
yang mengajak semua orang berpartisipasi, bukan seorang tahanan dalam kurungan
daya-daya teknik.
Untuk itu semua diperlukan counter play yang sejati, bersifat
normative bagi manusia. Tuhan, keadilan dan peri kemanusiaan, hendaklah mulai
berfungsi dalam situasi manusia yang kongkret, artinya jelas, langsung dapat
dilihat, menyangkut hal urgent, berpijak pada kenyataan. Demikian pula
pandangan pada teknologi harus menekankan keserasian antara teknologi dengan
kepentingan manusia.
Pandangan ini kemudian
bergeser menjadi cinta akan teknologi, kemudian menjadi pandangan kekecewaan
terhadap teknologi. Pandangan ini berubah secara bertahap, meskipun dalam
kenyataannya negara-negara berkembang terdesak oleh keadaan ekonomi yang
mengkhawatirkan, sering dihadapkan kepada masalah bagaimana pandangan bagi
negaranya diterapkan.
Teknologi tepat guna
sering tidak berdaya menghadapi teknologi barat, yang sering masuk dengan
ditunggangi oleh segelintir orang atau kelompok yang bermodal besar. Ciri
teknologi barat :
1.
Serba
intensif
2.
Dalam
struktur sosial, teknologi barat bersifat melestarikan sifat kebergantungan
3.
Kosmologi
atau pandangan teknologi barat adalah menganggap dirinya sebagai pusat yang
lain feriferi, waktu berkaitan dengan kemajuan teknologi
Ilmu Pengetahuan
Teknologi dan Nilai
Illmu pengetahuan dan
teknologi sering dikaitkan dengan nilai atau moral. Hal ini besar perhatiannya
tatkala dirasakan dampaknya melalui kebijaksanaan pembangunan, yang pada hakikatnya
adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Apa yang dihasilkan
oleh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini, merupakan hasil penalaran sejara
objektif. Ilmu sebagai produk artinya ilmu diperoleh dari hasil metode
keilmuwan yang diakui secara umum dan universal sifatnya. Oleh karena itu ilmu
dapat diuji kebenarannya, sehingga tidak mustahil suatu teori yang sudah mapan
suatu saat dapat ditumbangkan teori lain.
Ilmu pengetahuan pada
dasarnya memiliki tiga komponen penyangga tubuh pengetahuan yaitu : ontologism,
epistemologis, dan aksiologis. Komponen ontologis kegiatannya adalah
menafsirkan hikayat realitas yang ada, sebagaimana adanya (das sein). Komponen
epistemologis berkaitan dengan nilai atau moral pada saat proses
logis-hipotesis-verifikasi. Komponen aksiologis artinya lebih lengket dengan
nilai suatu moral, dimana ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan demi
kemaslahatan manusia.
Kaitan ilmu dan
teknologi dengan nilai atau moral, berasal dari ekses penerapan ilmu dan
teknologi sendiri. Dalam hal ini sikap ilmuwan dibagi menjadi dua golongan :
1.
Golongan
yang menyatakan ilmu dan teknologi adalah bersifat netral terhadap nilai-nilai
baik secara ontologism maupun aksiologis
2.
Golongan
yang menyatakan bahwa ilmu dan teknologi itu bersifat netral hanya pada
batas-batas metafisik keilmuwan
Dampak dari
perkembangan pesat ilmu dan teknologi lebih banyak dirasakan di negara dunia
ketiga.
Disamping itu ada
beberapa upaya untuk menjinakkan teknologi yaitu :
1.
Mempertimbangkan
atau kalau perlu mengganti criteria utama dalam menolak atau menerapkan suatu
inovasi teknologi yang didasarkan pada keuntungan ekonomis atau sumbangannya
kepada pertumbuhan ekonomi
2.
Pada
tingkat konsekuensi sosial, penerapan teknologi harus merupakan hasil
kesepakatan ilmuan sosial dari berbagai disiplin ilmu.
Kemiskinan
Kemiskinan lazimnya
dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang
pokok, dikatakan berada dibawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti, pangan, pakaian,
papan.
Garis kemiskinan, yang
menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
pokok, bisa dipengaruhi 3 hal :
1.
Persepsi
manusia terhadap kebutuhan pokok
2.
Posisi
manusia dalam lingkungan sekitar
3.
Kebutuhan
objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi
Kesemuanya dapat
tersimpul dalam barang dan jasa dan tertuangkan dalam nilai uang sebagai
patokan bagi penetapan pendapatan miimal yang diperlukan, sehingga garis
kemiskinan ditentukan oleh tingkat pendapatan minimal.
Atas dasar ukuran ini
maka mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki cirri sbb :
1.
Tidak
memiliki faktor produksi
2.
Tidak
memiliki kemampuan untuk memperoleh asset produksi
3.
Tingkat
pendidika mereka rendah
4.
Kebanyakan
tinggal di desa sebagai pekerja bebas
5.
Banyak
yang hidup di kota berusia muda
Kemiskinan menurut
(umum) dapat dikategorikan kedalam tiga unsur :
1.
Kemiskinan
yang disebabkan mental seseorang
2.
Kemiskinan
yang disebabkan bencana alam
3.
Kemiskinan
buatan
Kemiskinan buatan ini,
selain ditimbulkan oleh struktur ekonomi, polotik, sosial, dan kultur juga
dimanfaatkan oleh sikap “penengangan” atau “nrimo” memandang kemiskinan sebagai
nasib, malahan sebagai takdir tuhan. Kemiskinan menjadi sebuah kebudayaan atau
suatu subkultur, yang mempunyai struktur dan way of life yang telah menjadi
turun-temurun melalui jalur keluarga.
Karena kemiskinan
diantaranya disebabkan oleh struktur ekonomi, maka terlebih dahulu perlu
memahami inti pokok dari suatu “struktur”. Inti pokok dari struktur adalah
realisasi hubungan antara suatu subjek dan objek. Dan antara subjek komponen
yang merupakan bagian dari suatu relasi. Pada relasi struktur ini yang urgent
adalah sturktur dalam soal sosial ekonomi meskipun struktur lainnya menentukan.
Pola relasi dalam struktur sosial ekonomi ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
Pola
relasi antara manusia
2.
Pola
relasi antara subjek dengan hasil produksi
3.
Pola
relasi antara subjek atau komponen sosial ekonomi
Kalau kita menganut
teori fungsionalis dari statifikasi maka kemiskinan pun memililki sejumlah
fungsi, yaitu :
1.
Fungsi
ekonomi
2.
Fungsi
sosial
3.
Fungsi
cultural
4.
Fungsi
politik
Daftar Pustaka
Buku e-learning
Universitas Gunadarma
Komentar
Posting Komentar